Saat itu saya lulus pertukaran pelajar SMA, named AFS

Dua hal besar yang saya ikuti sekaligus sewaktu SMA adalah: Olimpiade Fisika Nasional dan mengikuti seleksi pertukaran pelajar SMA yang bernama AFS. Saya sangat senang begitu mendapatkan informasi tentang pertukaran pelajar ini dari mama. Dengan semangat dan antusiasme yang tinggi saya menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar. Pendaftaran dilakukan ke AFS chapter padang, yang waktu itu beralamat di jalan Khatib Sulaiman Padang. Sebagai informasi, perwakilan AFS di Indonesia ada sekitar 5, salah satunya berada di Padang.

Saya sangat tertarik dengan program pertukaran pelajar karena saya percaya bahwa dengan mengikuti program ini, saya akan belajar banyak hal. Saya yakin bahwa ini akan meningkatkan kualitas pribadi saya. Bagaimana tidak, ketika anda tinggal di daerah yang jauh dari rumah, dengan budaya yang sangat berbeda, anda akan mengalami culture shock, apalagi di usia yang sangat muda, hal ini tidaklah mudah. Wawasan dan cara pandang anda akan berubah, semakin banyak kita bertemu dengan orang lain, maka kita akan semakin tahu tentang apa saja hal yang harus kita perbaiki dari diri sendiri. Satu hal yang penting, kemampuan bahasa inggris saya akan jauh meningkat.

Ada ratusan pelajar se sumatera barat yang lolos seleksi administrasi. Untuk proses ini, saya harus mengisi beberapa lembar formulir, dan menulis motivation letter dan essay. Alhamdulillah saya lulus seleksi administrasi ini. Tes berikutnya adalah tes kemampuan dasar dan tes kemampuan umum serta bahasa inggris. Tes kemampuan dasar lebih ditekankan kepada panalaran dan lojik, tidak begitu berkesan. Tes kemampuan umum sangat berkesan bagi saya, sebab pertanyaannya sangat umum, contohnya adalah “siapakah pemenang piala oscar tahun 1998 …”, lalu dimanakah piala dunia tahun 199x diselenggarakan, dan masih banyak pertanyaan umum lainnya. Untungnya saya suka membaca buku RPUL (Ringkasan Pengetahuan Umum Lengkap) dan saya suka membaca buku, sehingga tidak sulit bagi saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Alhamdulillah saya lulus tes tertulis tersebut. Tes selanjutnya adalah wawancara psikologi dalam bahasa indonesia dan wawancara dalam bahasa inggris. Pada saat wawancara ini, interviewer menanyakan banyak hal, mulai dari background saya sampai motivasi ikut program AFS. Pertanyaan yang paling berkesan bagi saya adalah “di Belgia itu budayanya kalau bertemu cium pipi kiri dan kanan, kalau tidak, bisa dianggap tidak menghargai. lalu bagaimana sikap kamu sebagai muslim kalau berada disana”. Saya sangat senang dengan pertanyaan yang kontroversial ini, jawaban saya tidak akan saya tuliskan di blog ini.

Saya lulus interview, lalu berikutnya adalah FGD(Focus Group Discussion) atau lebih dikenal dengan istilah diskusi kelompok. Kelompok diskusi diberi tahu beberapa menit sebelum diskusi, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk bertemu dan mengakrabkan diri terlebih dahulu dengan teman kelompok. Saya melihat justru ini adalah poin penting, berdiskusi dengan orang yang belum anda kenal, akan terlihat kemampuan sosial anda.

Pada saat diskusi kelompok, kami diberikan beberapa material seperti kertas, gunting, sedotan, dll. Tugas kami adalah membuat sesuatu yang bermanfaat dan bisa dipakai dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia, dalam waktu 15 menit, waktu yang sangat singkat. Lalu saya memberi ide untuk membuat tempat alat tulis/tempat pensil. Ide saya disetujui oleh kelompok dan kami mulai membuatnya. Kami sukses membuat tempat  pensil ini dalam waktu yang diberikan. Lalu masing-masing kami disuruh untuk mempresentasikan peran selama membuat benda itu, apa saja kontribusi yang diberikan.

Alhamdulillah lulus tes tersebut. Total siswa yang lulus adalah 3 orang. Saya satu-satunya dari kota Padang yang lulus. Satu lagi dari kota Padang Panjang, dan yang satu lagi dari kota Batusangkar. Saya sangat bangga dan bahagia lulus seleksi  program pertukaran pelajar ini. Lalu saya mempersiapkan semua hal terkait keberangkatan, tugas saya adalah membuat greeting letter kepada beberapa calon host family, dengan menyertakan foto keluarga dan deskripsi tentang masing-masing keluarga saya.

Saya harus mengisi prioritas negara yang akan saya tuju. Pada pilihan pertama saya mengisi Belgia, kedua Italia, ketiga Jerman, keempat Belanda, kelima Swiss. Akhirnya saya dapat kesempatan ke Belgia. Namun ada suatu hal yang terjadi, yaitu resesi ekonomi global tahun 2006. Oh ya, program pertukaran pelajar ini adalah gratis, dalam artian kita tidak perlu membayar apa-apa. Karena semua biaya ditanggung oleh AFS yang didapatkan dari donatur. Donatur-donatur ini sebagian besar adalah perusahaan global. Ditengah resesi ekonomi global tersebut, banyak perusahaan dan donatur perorangan yang berhenti memberikan donasi. Akibatnya adalah, program pertukaran siswa ini kekurangan dana, sehingga ada sejumlah biaya yang dibebankan kepada orang tua.

Jika saya tetap ingin melanjutkan ikut dalam exchange ini, orang tua saya harus mengocek saku sebesar 5 juta rupiah. Sebenarnya jumlah ini tidak begitu besar dibandingkan dengan biaya total yang dibutuhkan untuk memberangkatkan satu orang siswa. Namun saya melihat mama waktu itu merasa berat untuk melepas saya selama setahun di Belgia, dengan beberapa alasan. Saya waktu itu seorang anak yang bergantung secara finansial kepada orang tua tidak bisa apa-apa. Kesimpulannya saya BATAL ikut exchange. Saya sangat kecewa pada waku itu, saya sudah menjalani tes yang panjang dan ini adalah kesempatan besar yang tidak akan pernah terulang. Memang kesempatan ke luar negri akan terbuka lebar ketika sudah bekerja, namun tentu saja ke luar negri untuk exchange di waktu SMA merupakan hal yang sangat berbeda. Tetapi apa mau dikata.